BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada pemberian ASI sering
terdapat masalah, baik pada teknik pemberian ibu dan anatomi payudara ibu,
serta kemampuan anak untuk menghisap dan anatomi orofaringeal anak. Seringkali
ketidakcukupan jumlah susu sering dinilai sebagai suatu masalah, sehingga
terjadi pemberhentian pemberian ASI. Seringkali juga wanita mengeluh karena
luka pada puting susu, dimana hal ini terjadi karena posisi dan perlekatan anak
yang salah ketika menyusui. Dalam keadaan normal, wanita secara fisiologis
mampu untuk memproduksi susu yang cukup. Kurangnya pengertian dan
pengetahuan ibu tentang manfaat ASI dan menyusui menyebabkan ibu – ibu mudah
terpengaruh dan beralih kepada susu botol (susu formula). Kesehatan/status gizi
bayi/anak serta kelangsungan hidupnya akan lebih baik pada ibu- ibu yang
berpendidikan rendah. Hal ini karena seorang ibu yang berpendidikan tinggi akan
memiliki pengetahuan yang luas serta kemampuan untuk menerima informasi lebih
tinggi.
Menyusui merupakan aktivitas
yang sangat penting baik bagi ibu maupun bayinya. Dalam proses menyusui terjadi
hubungan yang erat dan dekat antara ibu dan anak. Tentunya kaum ibu ingin dapat
melaksanakan aktivitas menyusui dengan nyaman dan lancar. Namun demikian,
terkadang ada hal-hal yang mengganggu kenyamanan dalam menyusui.
Masalah-masalah yang sering dialami oleh ibu sehubungan dengan menyusui dan
bagaimana mengatasinya akan dipaparkan pada pembahasan kali ini.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Apakah masalah-masalah yang
terjadi pada ibu saat pembererian ASI?
2. Apakah masalah yang terjadi pada bayi saat pemberian
ASI?
1.3 Tujuan
1. Memberikan pengetahuan tentang masalah menyusui pada ibu.
2. Memberikan pengetahuan tentang masalah menyusui pada
bayi.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Patologi
Menyusui
Masalah
menyusui umumnya terjadi dalam dua minggu pertama masa nifas. Pada masa ini,
pengawasan dan perhatian petugas kesehatan sangat diperlukan agar masalah
menyusui dapat segera ditanggulangi, sehingga tidak menjadi penyulit atau menyebabkan
kegagalan menyusui.
a.
Puting susu nyeri (sore nipple)
Umumnya
ibu akan merasa nyeri pada waktu awal menyusui. Perasaan sakit ini akan
berkurang setelah ASI keluar. Bila posisi mulut bayi dan puting susu ibu benar,
perasaan nyeri akan hilang.
Cara
menangani :
a) Pastikan posisi ibu menyusui sudah benar.
b) Mulailah menyusui pada puting susu yang tidak
sakit guna membantu mengurangi sakit
pada puting susu yang sakit.
c) Segera setelah minum, keluarkan sedikit ASI
oleskan di puting susu dan biarkan payudara terbuka untuk beberapa waktu sampai
puting susu kering.
Hal-hal yang harus dilakukan untuk
mencegah rasa nyeri puting susu ketika menyusui :
a)
Santai ketika menyusui, harus santai dan
tenang saat menyusui. Hal ini akan membantu meningkatkan aliran air susu ibu.
Meletakkan kain basah yang hangat pada payudara atau mengambil shower hangat
untuk mengguyur payudara setelah menyusui .
b)
Jangan menarik isapan bayi sebelum
bayi benar-benar selesai menetek, memastikan bayi tidak lagi menetek sebelum
melepaskan dari payudara. Untuk menghentikan bayi dari anak susuan, melalui sudut
mulut bayi memasukkan jari ke dalam mulutnya. Ini akan melepaskan isapan bayi
dari payudara dan dapat dengan mudah mengangkat atau menarik bayi dari puting
susu.
c)
Mencari posisi yang nyaman saat menyusui,
Karena tidak nyaman saat menyusui bisa membuat cemas, dan mengurangi atau
menghentikan aliran susu. Belajar posisi menyusui yang nyaman dan benar.
Menggunakan salah satu jari dari posisi tersebut setiap kali menyusui bayi.
Jika bayi tidak dalam posisi yang tepat ia mungkin memiliki masalah dalam
penghisapan. Bayi mungkin tidak mendapatkan cukup susu dan menyedit dengan
keras. Hal ini dapat menyebabkan sakit atau mengubah bentuk puting untuk beberapa
menit .
d)
Memastikan mulut bayi santai saat
menyusui, jika bayi menyusu terlalu keras maka puting menjadi sakit, anda perlu
membuat santai mulut bayi. Untuk melakukan ini ibu perlu memijat rahang bawah
telinga bayi. Stroke adalah gerakan untuk beristirahat dan melebarkan mulut
bayi. Ibu dapat menarik perlahan-lahan bayi ke bawah menggunakan jari. Hal ini
memungkinkan istirahatnya lidah, gusi dan puting susu. Tarik kepala bayi
sehingga rahangnya ada di belakang puting susu, dengan cara ini susu dapat
terjepit dan tidak akan cukup susu mengalir keluar .
e)
Menggunakan perangkat untuk menyusui
dengan benar, membaca petunjuk yang ada pada saat menggunakan perangkat dan
menjaga selalu tetap bersih. Jika ada alat yang menyebabkan cedera pada
payudara, maka penggunaannya harus dihentikan. Ibu mungkin memerlukan bantuan
untuk mempelajari bagaimana cara penggunaan alat. Cedera ini meningkatkan
risiko untuk kerusakan dan infeksi puting.
b.
Puting susu lecet(cracked nipple)
Puting
susu terasa nyeri bila tidak ditangani dengan benar akan menjadi lecet. Umumnya menyusui akan
menyakitkan kadang-kadang mengeluarkan darah. Puting susu lecet dapat
disebabkan oleh posisi menyusui yang salah, tapi dapat pula disebabkan oleh
trush (candidates) atau dermatitis.
Sebanyak 57% ibu yang menyususi dilaporkan pernah
menderita kelecetan pada puting.
Penyebab lecet tersebut adalah sebagai berikut :
1. Kesalahan
dalam teknik menyusui, bayi tidak menyusui sampai areola tertutup oleh mulut
bayi. Bila bayi hanya menyusu pada putting susu, maka bayi akan mendapat ASI
sedikit, karena gusi bayi tidak menekan pada sinus latiferus, sedangkan pada
ibunya akan menjadi nyeri, keceletan pada putting susu.
2. Monoliasis
pada mulut bayi yang menular pada putting susu ibu.
3. Akibat
dari pemakaian sabun, alcohol, krim, atau zat iritan lainnya untuk mencuci
putting susu
4. Bayi
dengan tali lidah yang pendek (frenulum lingue), sehingga bayi sulit menghisap
sampai ke kalang payudara dan isapan hanya pada putting susu saja
5. Rasa
nyeri juga dapat timbul apabila ibu menghentikan menyusui dengan kurang berhati-hati
Penatalaksanaan
1. Bayi
harus disusukan terlebih dahulu pada putting yang normal yAang lecetnya lebih
sedikit. Untuk menghindari tekanan local pada puting, maka posisi menyusu harus
sering diubah. Unuk putting yang sakit dianjurkan mengurangi frekuensi dan
lamanya menyusui. Disamping itu kita harus yakin bahwa teknik menyususi yang
digunakan bayi benar, yaitu harus menyusu sampai ke kalang payudara. Untuk
menghindari payudara yang bengkak, ASI dikeluarkan dengan tangan pompa,
kemudian diberikan dengan sendok, gelas, dan pipet.
2. Setiap
kali selesai menyusui bekas ASI tidak perlu dibersihkan, tetapi
diangin-anginkan sebentar agar melembutkan putting sekaligus sebagai
anti-infeksi
3. Jangan
menggunakan sabun, alcohol, atau zat iritan lainnya untuk membersihkan payudara
4. Pada
putting susu bisa dibubuhkan minyak lanolin atau minyak kelapa yang telah
dimasak terlebih dahulu
5. Menyusui
lebih sering (8 – 12 kali dalam 24 jam), sehingga payudara tidak sampai terlalu
penuh dan bayi tidak begitu lapar juga tidak menyusu terlalu rakus
6. Periksalah
apakah bayi tidak menderita monoliasis yang dapat menyebabkan lecet pada
putting susu ibu. Jika ditemukan gejala moniliasis dapat diberikan nistatin
Pencegahan
1. Tidak
membersihkan putting susu dengan sabun, alcohol, krim, atau zat-zat iritan
lainnya
2. Sebaiknya
untuk melepaskan putting dari isapan bayi pada saat bayi selesai menyusu, tidak
dengan memaksa menarik putting, tetapi dengan menekan dagu atau dengan
memasukkan jari kelingking yang bersih ke mulut bayi
3. Posisi
menyusu harus benar, yaitu bayi harus menyusu sampai ke kalang payudara dan
menggunakan kedua payudara
c. Saluran Susu Tersumbat(obstructive
duct)
Saluran susu
tersumbat (obstructive duct) adalah suatu keadaan dimana terjadi
sumbatan pada satu atau lebih saluran susu yang disebabkan oleh tekanan jari
waktu menyusui atau pemakaian bra yang terlalu ketat. Hal ini juga dapat
terjadi karena komplikasi payudara bengkak yang berlanjut yang mengakibatkan
kumpulan ASI dalam saluran susu tidak segera dikeluarkan sehingga menjadi
sumbatan. Sumbatan ini pada wanita yang kurus dapat terlihat dengan jelas
sebagai benjolan yang lunak pada perabaannya.
Penyebab
Hal-hal yang menjadi penyebab saluran susu tersumbat
adalah sebagai berikut :
1.
Tekanan jari ibu yang
terlalu kuat pada waktu menyusui
2.
Pemakaian bra yang terlalu
ketat
3. Komplikasi
payudara bengkak, yaitu susu terkumpul tidak segera dikeluarkan, sehingga
terbentuklah sumbatan
Gejala
1. Pada
wanita yang kurus, gejalanya terlihat dengan jelas dan lunak pada perabaan
2. Peyudara
pada daerah yang mengalami penyumbatan terasa nyeri dan bengkak yang
terlokalisir
Penatalaksanaan
Saluran susu yang tersumbat ini
harus dirawat, sehingga benar-benar sembuh, untuk menghindari terjadinya radang
payudara (mastitis).
Adapun cara untuk merawat payudara adalah sebagai
berikut :
1.
Untuk mengurangi rasa
nyeri dan bengkak, dapat dilakukan masase serta kompres panas dan dingin secara
bergantian
2.
Bila payudara masih
terasa penuh, ibu dianjurkan untuk mengeluarkan ASI dengan tangan atau dengan
pompa setiap kali selesai menyusui
3.
Ubah-ubah posisi
menyusui untuk memperlancarkan aliran ASI
Pencegahan
Pencegahan
yang dapat dilakukan
agar payudara tidak
tersumbat adalah sebagai
berikut :
1.
Perawatan payudara
pasca persalinan secara tertatur, utnuk menghindari terjadinya statis aliran
ASI
2.
Posisi menyusui yang
diubah-ubah
3.
Mengenakan bra yang
menyangga, bukan yang menekan
d. Payudara bengkak(engorgement)
Sekitar hari
ketiga atau keempat sesudah ibu melahirkan, payudara sering terasa lebih penuh,
tegang, serta nyeri. Keadaan seperti itu disebut engorgement (payudara
bengkak) yang disebabkan oleh adanya statis d i vena dan pembuluh darah bening.
Hal ini merupakan tanda bahwa ASI mulai banyak diproduksi. Apabila dalam
keadaan tersebut ibu menghindari menyusui karena alasan nyeri kemudian
memberikan prelacteal feeding (makanan tambahan) pada bayi, hal ini
justru berlanjut (makin parah). Payudara akan bertambah penuh karena produksi
ASI terus berlangsung sementara disisi lain ASI tidak disusukan ke bayi
menyebabkan tidak terjadi perangsangan pada puting susu. Hal ini mengakibatkan
refleks oksitosin tidak terjadi dan ASI tidak dikeluarkan. Jika hal ini
terus berlangsung, ASI yang diproduksi menumpuk pada payudara dan menyebabkan
areola (bagian berwarna hitam yang melingkari puting) lebih menonjol, puting
menjadi lebih datar dan susah dihisap oleh bayi ketika disusukan. Bila keadaan
sudah sampai seperti ini, kulit pada payudara akan nampak lebih merah mengkilat,
terasa nyeri sekali dan ibu merasa demam seperti influenza.
Pada
hari-hari pertama (sekitar 2-4 jam), payudara sering terasa penuh dan nyeri
disebabkan bertambahnya aliran darah ke payudara bersamaan dengan ASI mulai
diproduksi dalam jumlah banyak.
Penyebab bengkak :
Pembengkakan payudara
terjadi karena ASI tidak disusui dengan adekuat, sehingga sisa ASI terkumpul
pada sistem duktus yang mengakibatkan terjadinya pembengkakan. Payudara bengkak
ini dapat terjadi pada hari ketiga tau keempat sesudah melahirkan. Statis pada
pembuluh darah dan limfe akan mengakibatkan meningkatnya tekanan intra kaudal,
yang akan memengaruhi segmen pada payudara, sehingga tekanan seluruh payudara
meningkat. Akibatnya, payudara sering terasa penuh, tegang, serta nyeri. Kemudian
diikuiti oleh penurunan produksi ASI dan penurunan let down. Penggunaan bra
yang ketat juga bisa menyebabkan segmental engorgement. Demikian pula putting
yang tidak bersih dapat menyebabkan sumbatan pada duktus.
Adapun penyebab
lainnya, yaitu :
a) Posisi
mulut bayi dan puting susu ibu salah
b) Produksi
ASI berlebihan
c) Terlambat
menyusui
d) Pengeluaran
ASI yang jarang
e) Waktu
menyusui yang terbatas
Gejala
Payudara yang mengalami
pembengkakan tersebut sangat sulit disusui oleh bayi, karena kalang payudara
lebih menonjol, putting lebih datar dan sulit diisap oleh bayi, kulit pada
payudara Nampak lebih mengkilap, ibu merasa demam, dan payudara terasa nyeri. Oleh
karena itu, sebelum disusukan pada bayi, ASI harus diperas dengan tangan atau
pompa terlebih dahulu agar payudara lebih lunak, sehingga bayi lebih mudah
menyusu.
Penatalaksanaan
1. Masase
payudara dan ASI diperas dengan tangan sebelum menyusui
2. Kompres
dingin untuk mengurangi statis pembuluh darah vena dan mengurangi rasa nyeri.
Bisa dilakukan selang-seling dengan kompres panas untuk melancarkan pembuluh
darah
3. Menyusui
lebih sering dan lebih lama pada payudara yang terkena untuk memperlancarkan
aliran ASI dan menurunkan tegangan payudara
Pencegahan
1. Apabila
memungkinkan, susukan bayi setelah lahir
2. Susukan
bayi tanpa jadwal
3. Keluarkan
ASI dengan tangan atau pompa, bila produksi ASI melebihi kebutuhan bayi
4. Melakukan
perawatan pascapersalinan secara teratur
Perbedaan payudara penuh dengan
payudara bengkak adalah:
a.
Payudara penuh : rasa
berat pada payudara, panas dan keras.
Bila diperiksa ASI keluar dan tidak demam
b.
Payudara bengkak :
payudara oedema, sakit, puting susu kencang, kulit mengkilat walau tidak merah,
dan bila diperiksa/diisap ASI tidak keluar. Badan biasa demam setelah 24 jam
Untuk mencegah maka diperlukan :
menyusui dini, perlekatan yang baik, menyusui “on demand”. Bayi harus lebih
sering disusui. Apabila terlalu tegang
atau bayi tidak dapat menyusu sebaiknya ASI dikeluarkan terlebih dahulu,
agar ketegangan menurun.
Untuk merangsang refleks oksitosin
maka dilakukan:
a.
Kompres panas untuk mengurangi rasa sakit
b. Ibu
harus rileks
c. Pijat
leher dan punggung belakang (sejajar daerah payudara)
d.
Pijat ringan pada payudara yang bengkak (pijat pelan-pelan kearah tengah)
e. Stimulasi
payudara dan puting
f. Kompres
dingin pasca menyusui, untuk mengurangi oedema
g. Memakai
BH yang sesuai
h. Bila
terlalu sakit dapat diberikan obat analgetik
Cara mengatasinya :
a)
Susui bayinya semau dia
sesering mungkin tanpa jadwal dan tanpa batas waktu
b)
Bila bayi sukar
menghisap, keluarkan ASI dengan bantuan tangan atau pompa ASI yang efektif
c)
Sebelum menyusui untuk
merangsang refleks oksitosin dapat dilakukan : kompres hangat untuk mengurangi
rasa sakit, massage payudara, massage leher dan punggung
d)
Setelah menyusui,
kompres air dingin untuk mengurangi oedema (Suradi,2004).
e. Mastitis
Mastitis adalah radang pada payudara. Inflamasi
parenkimatosis glandula mammae merupakan komplikasi ante partum yang jarang
terjadi terjadi tetapi kadang –kadang dijumpai dalam masa nifas dan laktasi.
Gejala mastitis supuratif jarang terlihat sebelum
akhir minggu pertama masa nifas dan umumnya baru ditemukan setelah minggu
ketiga atau keempat. Bandungan
yang mencolok biasanya mendahului inflamasi dengan keluhan pertamanya berupa
menggigil atau gejala rigor yang sebenarnya,yang segera diikuti oleh kenaikan
suhu tubuh dan peningkatan frekuensi denyut nadi. Payudara kemudian menjadi keras serta
kemerahan,dan pasien mengeluhkan rasa nyeri.
Penyebab
1.
Payudara bengkak yang
tidak disusu
secara adekuat, akhirnya terjadi mastitis
2.
Putting lecet akan
memudahkan masuknya kuman dan terjadinya payudara bengkak
3.
Bra yang terlalu ketat
mengakibatkan segmental engorgement, jiak tidak disusui dengan adekuat, maka
bisa terjadi mastitis
4.
Ibu yang dietnya buruk,
kurang istrirahat, dan anemia akan mudah terkena infeksi
Gejala mastitis:
a.Gejala mastitis non-infeksius adalah:
1. Ibu
memperhatikan adanya’’bercak panas’’,atau area nyeri tekan yang akut.
2. Ibu
dapat merasakan bercak kecil yang keras di daerah nyeri tekan tersebut.
3. Ibu
tidak mengalami demam dan merasa baik-baik saja.
b.Gejala mastitis infeksius:
1. Ibu
mengeluh lemah dan sakit-sakit pada otot seperti flu
2. Ibu
dapat mengeluh sakit kepala
3. Ibu demam dengan suhu di atas 34 C
4. Tredapat
area luka yang terbatas atau lebih luas pada payudara.
5. Kulit
pada payudara dapat tampak kemerahan atau bercahaya(tanda-tanda akhir)
6. Kedua
payudara mungkin terasa keras dan tegang ‘’Pembengkakan’’.
Penatalaksanaan
Bila payudara tegang/indurasi dan kemerahan, maka:
a. Berikan
kloksasilin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari.Bila diberikan sebelum terbentuk
abses biasanya keluhannya akan berkurang.
b. Sangga payudara
c. Kompres dingin
d. Bila
diperlukan,berikan paracetamol 500 mg per oral setiap 4 jam
e. Ibu
harus didorong menyusui bayinya walau ada pus.
f. Jika
bersifat infeksius,berikan analgesik non narkotik, antipiretik (ibuprofem, asetaminofen) untuk
mengurangi demam dan nyeri.
g. Pantau suhu tubuh akan
adanya demam. Jika
ibu demam tinggi(> 39 °C), periksa kultur susu
terhadap kemungkinan adanya infeksi streptokokal.
h. Pertimbangan pemberian
antibiotik antistafilokokus kecuali jika demam dan gejala berkurang.
i. Ikuti
perkembangan 3 hari setelah pemberian pengobatan.
f. Abses Payudara
Harus dibedakan antara mastitis dan abses. Abses payudara
merupakan kelanjutan/komplikasi dari mastitis. Hal ini disebabkan karena
meluasnya peradangan dalam payudar tersebut.
Gejala
1.
Ibu tampak lebih parah sakitnya
2.
Payudara lebih merah
dan mengkilap
3.
Benjolan lebih lunak
karena berisi nanah, sehingga perlu diinsisi untuk mengeluarkan nanah tersebut
Penatalaksanaan
1.
Teknik menyusui yang
benar
2.
Kompres air hangat dan
dingin
3.
Terus menyusui pada
mastitis
4.
Susukan dari yang sehat
5.
Senam laktasi
6.
Rujuk
7.
Pengeluaran nanah dan
pemberian antibiotic bila abses bertambah
Bila terjadi abses, menyusui
dihentikan, tetapi ASI tetap dikeluarkan.
BAB III
PENUTUP
A Kesimpulan
Pemberian Asi merupakan aktivitas yang
sangat penting baik bagi ibu maupun bayinya. Dalam proses menyusui terjadi
hubungan yang erat dan dekat antara ibu dan anak. Dalam pelaksanaannya proses menyusui tidak selalu
lancar karena terdapat masalah-masalah dalam pemberian ASI baik dari ibu maupun
bayi.
Masalah Menyusui Pada Ibu yaitu Payudara
Bengkak (Engorgement), Kelainan Puting Susu, Putting Susu Nyeri (Sore Nipple) dan Putting Susu
Lecet (Cracked Nipple), Saluran Susu Tersumbat (Obstructive Duct), Radang Payudara (Mastitis), Abses Payudara, Air Susu Kurang.
Masalah Menyusui Pada Bayi yaitu Bayi Sering Menangis, Bayi Bingung Puting (Nipple
Confusion), Bayi dengan BBLR dan Bayi
Prematur, Bayi dengan Ikterus, Bayi dengan Bibir Sumbing, Bayi Kembar, Bayi
Sakit, Bayi dengan Lidah Pendek (Lingual Frenulum), Bayi yang Memerlukan
Perawatan.
B. Saran
Bagi kita tenaga kesehatan sangat penting untuk
mengetahui masalah-masalah
yang terjadi dalam pemberian ASI baik dari ibu maupun bayi. Karena dengan demikian kita dapat
memberikan asuhan yang tepat
pada ibu agar ibu dapat mengatasi masalahnya lebih dini dan dapat dilakukannya
sendiri maupun dengan bantuan dari keluarga.
DAFTAR PUSTAKA
Saleha, Sitti,
2009. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas.
Jakarta : Salemba Medika
Suherni,
dkk. 2009. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta:
Fitramaya
The Best Casino Games, Bonuses & Promos
ReplyDeleteAt the time of writing, we've had a few lucky games that have left 속초 출장샵 many We've listed the top 3 most valuable casino 삼척 출장샵 games available 안양 출장안마 at 하남 출장안마 the casino. 김천 출장마사지